Review Game “The Friends of Ringo Ishikawa”

Halo, ketemu lagi dengan review yang baru. Udah lama ga nulis review di sini. Karena sudah tahun baru, kayanya ga salah kalo dimulai dengan review sesuatu. Eh tapi kan ini udah Februari? Gapapa, masih mending telat daripada ga nulis sama sekali. Jadi langsung aja ini info singkatnya terlebih dahulu:

Info Singkat

  • Judul: The friends of Ringo Ishikawa
  • Genre: Action, Adventure, Indie, RPG
  • Platform: Steam, Nintendo Switch
  • Tanggal Rilis: 17 Mei 2018
  • Developer: yeo
  • Publisher: yeo

The Friends of Ringo Ishikawa adalah sebuah game open-world beat em up yang terinspirasi dari judul-judul beat em up yang sudah-sudah seperti Streets of Rage dan Final Fight. Dalam game ini, kalian bermain sebagai Ringo Ishikawa, seorang siswa kelas 3 SMA yang nakal dan suka tawuran, yang kini sedang menghadapi hari-hari terakhirnya sebagai siswa SMA. Kalian akan ditemani oleh teman-teman Ringo selama akhir waktu kalian di sekolah. Lalu bagaimana kalian, dan selanjutnya Ringo Ishikawa, akan menghabiskan detik-detik terakhir kalian sebelum menginjak kedewasaan?

 

Gameplay

Aku mulai dengan pernyataan ini dulu: game ini tidak memiliki tujuan tertentu. Maksudnya gimana? Kalian memiliki kebebasan untuk melakukan apapun dalam game ini. Kalian bisa ikut sekolah untuk menaikkan nilai dan mendapatkan beasiswa berupa uang, kerja paruh waktu, menonton TV dan film, membaca buku, membeli konsol game, olah raga, latihan tinju atau judo, bermain billiard, ping pong, poker arcade, duduk di dekat sungai sambil menikmati senja (HAHA)- semua terserah kalian. Dalam game ini, kalian melakukan aktivitas untuk menghabiskan sisa waktu kalian di sekolah. Jadi, kalian hanya bisa melakukan ini selama 70 hari in-game untuk tiap permainan. Durasi keseluruhan tiap satu permainan berkisar 4-5 jam. Walaupun begitu, dengan banyaknya aktivitas yang bisa kalian lakukan dan achievement in-game yang bisa kalian selesaikan, game ini memiliki replay value yang cukup tinggi sehingga tiap permainan akan terasa berbeda satu dengan yang lain.

Ah, indahnya masa muda

Aktivitas besar lain yang bisa kalian lakukan adalah bertarung. Basic dalam bertarung cukup simpel. Ada tombol untuk memukul, tombol untuk menendang, dan beberapa kombo yang bisa kalian lakukan. Tapi sejujurnya ini adalah game yang mudah dipelajari, namun susah untuk dikuasai. Pertama karena kombo tadi, dan kedua karena ada tier musuh yang datang dari sekolah berbeda. Ada yang lebih lemah, hingga ada yang lebih kuat. Semuanya tergantung asal sekolah dan seragam yang dikenakan musuh. Tentu dengan musuh yang lebih kuat akan ada reward yang lebih berharga juga. Kalian akan mendapatkan poin EXP dan drop uang yang lebih banyak. 

Membaca buku setelah menghajar siswa SMA lain itu asyik

Berbicara tentang bertarung, aku akan membahas secara spesifik mengenai aktivitas yang bisa kalian lakukan untuk menambah stat karakter dan menaikkan level. Tadi sudah aku sebut kalau kalian bisa olah raga maupun berlatih gerakan gerakan tertentu yang akan membantu kalian dalam bertarung. Olah raga sendiri dilakukan untuk meningkatkan poin HP kalian. Kalian bisa berolah raga dengan alat calisthenics yang ada di taman dekat apartemen Ringo, atau kalian bisa menghubungi gym dekat sekolah. Untuk berlatih kombo, kalian bisa berlatih tinju (boxing) dan judo. Kalian bisa belajar keduanya jika sudah mengaktifkan trigger-nya. Setiap sesi berlatih, kalian akan mendapatkan poin pelatihan yang bisa kalian pakai untuk membeli gerakan kombo di setiap cabang bela diri. Selama aku main, aku lebih memilih tinju karena aku biasa menggunakan tombol pukul dibandingkan kombo lain. Tapi kombo judo juga tidak kalah menarik dan bisa mengeluarkan damage yang cukup besar.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ada beberapa event dan aktivitas yang harus diaktifkan trigger-nya. Misalnya kalian akan ditantang urabancho (ketua geng sekolah, biasanya yang paling kuat di sekolahnya) dari sekolah lain untuk berduel, atau PDKT dengan cewe yang satu sekolah denganmu, berteman dengan penjual toko buku dan kasir konbini (minimarket ala Jepang), dll. Ada juga aktivitas yang harus kalian aktivasi trigger-nya seperti kalian harus membeli TV, konsol, meja ping pong, buku, dll. Kalian juga akan menghadapi event wajib/cutscene di beberapa hari tertentu yang akan memakan waktu seharian, jadi berhati-hatilah untuk menjaga jadwal harian Ringo. Oh iya, di luar belajar bela diri, ada aktivitas lain yang akan membantu kalian menaikkan kemampuan Ringo untuk belajar, sehingga Ringo lebih mudah mendapat beasiswa. Sekali lagi, aku tekankan bahwa kalian bebas melakukan apapun dalam game ini selama game-nya membolehkan. Jadi kalian bisa melihat panduan di internet, atau kalian bisa jelajahi sendiri game ini.

Salah satu event cutscene yang harus dilewati

Tentu game ini tidak tanpa kekurangan. Walaupun terdengar kecil dan remeh, aku harus kasih tahu ini pada kalian sehingga kalian tidak kaget dan bisa antisipasi. Tadi aku bilang bahwa tidak ada tujuan tertentu dalam game ini, dan sejujurnya selama satu jam pertama bermain aku merasa bingung dan kesal. “Aku harus ngapain di game ini?”. Mungkin karena sengaja dibuat sedemikian rupa. Tapi tetap saja agak menyebalkan. Tidak ada tutorial pasti juga untuk beberapa mekanik game-nya, jadi kalian akan dipaksa untuk mencoba dan mencari tahu sendiri (walaupun ditunjukkan di menu option saat berada di main menu, tetap saja tidak membantu banyak). Aku juga agak bingung dengan fungsi save-nya. Ketika kalian tertidur, kalian akan otomatis save. Kalian juga bisa melakukan save manual melalui menu pause. Tapi saat aku load game-nya, aku malah berada di titik baru bangun di hari aku save saat siang hari. Yang terakhir menurutku agak mengganggu adalah ketika kalian mencoba mengambil uang saku dari musuh yang sudah kalian kalahkan, ada beberapa posisi kalian tidak bisa mengambil uangnya karena sprite karakter musuhnya terlalu maju atau mundur beberapa pixel dan kamu malah menunduk di tubuh musuh yang lain atau malah tidak bisa mengambil uangnya sama sekali. Tapi sejauh aku main tidak ada bug/kesalahan teknis yang merusak game. Di luar itu, aku rasa kalian harus merasa nyaman dengan mekanik game yang ada.


Grafik dan Performa

Game ini menghadirkan grafik 8-bit ala game retro yang jadi inspirasinya. Sejujurnya, rasanya aneh memainkan game ini di monitor komputer 23” beresolusi 1080p. Aku terbiasa bermain game 8-bit menggunakan TV tabung berukuran kecil yang biasa ditaruh di dalam kamar anak jaman dulu. Tapi di luar itu, performa game-nya cukup bagus. Tidak perlu komputer dengan spesifikasi tinggi untuk bermain ini, walaupun aku main di komputer desktop berspesifikasi lumayan (dilengkapi Ryzen 3200G dengan 8 GB RAM) aku bisa mendapatkan 60 fps setiap waktu tanpa ada stutter. Oh iya, aku bermain game ini di platform Steam dan aku tidak mengalami ada penurunan performa saat mengaktifkan Steam Overlay-nya. Aku belum coba bermain di laptop-ku yang spesifikasinya di bawah komputer desktop-ku (Core i5 4210U, GT820M 2GB VRAM, 4 GB RAM), tapi harusnya performanya tidak berbeda sama sekali. Kalau kalian memiliki komputer/laptop modern yang rilisnya setelah tahun 2010, aku rasa kalian bisa memainkan ini tanpa ada lag, bahkan saat momen-momen lebih sibuk dan penuh aktivitas.

Palet warna dan tingkat saturasi yang digunakan cukup beragam. Ada beberapa bagian map yang memiliki kesan kusam dan cukup netral, tapi ada bagian map yang penuh warna dan cerah. Dalam beberapa bagian map ketika malam juga pencahayaannya sudah cukup, maksudku kalian tahu kalau di bagian map tersebut tidak ada lampu tapi kalian masih bisa melihat sekitar. Untungnya pihak developer pandai mengelola palet warna, saturasi, dan pencahayaan, sehingga menjelajahi kota terasa mengasyikkan.

 

Musik dan Efek Suara

Aku mulai dari musik dulu ya. Sejujurnya aku bukan orang terbaik yang bisa kalian ajak ngomong soal sound engineering, tapi yasudah lah ga ada sound engineer yang mau nulis review game ini. Jadi..

KALIAN UDAH NONTON TRAILER-NYA? MUSIKNYA DUUUUH NUJABES ABIS! Ya, soundtrack dari game ini diambil dari kreator di belantara kancah musik chillpop di luar sana. Sangat-sangat terinspirasi dari Nujabes dan sentimental/emosional. Soundtrack-nya sendiri tidak berbentuk MIDI seperti game jaman dulu, melainkan dalam bentuk format file musik modern (aku lupa formatnya apa, yang jelas bukan mp3). Kalian bisa merasakan emosi di tiap track-nya, dan Yeo sebagai developer berhasil menempatkan tiap track selaras dengan momen-momennya. Momen bertarung random memiliki kesan yang penuh ribut tapi mengasyikkan, menjelajahi kota terasa adem dan nyaman, malam terasa sunyi, dll. DAN LAGU PEMBUKANYA! UGH! Top notch.


Mengenai efek suaranya, aku belum cek secara detil file-file efek suara yang digunakan. Tapi beberapa track efek suara terdengar retro. Efek pukulan terdengar seperti kick drum dengan delay yang dibantu dengan distorsi, memencet tombol saat bermain game arcade poker terdengar seperti synth analog, dll. Aku sempat bermain dengan headphone Audio Technica M40x dan DAC bawaan motherboard Asrock B450 Pro4, dan menurutku soundstage-nya juga cukup luas. Ada juga track yang diisi oleh dubber yang digunakan saat momen-momen tertentu. Tapi dialognya tidak diisi penuh dengan dubbing. Yah, game indie, jadi mohon dimaklumi. Tapi aku rasa suara efeknya sudah cukup bagus. Oh iya, bukannya aku sudah sebut kalau game ini dikembangkan oleh satu orang (SATU. ORANG.)?


Story

Ah, akhirnya kita sampai pada bagian paling penting pada review ini: story yang dibawa oleh game. Sejujurnya aku bingung mendeskripsikan ceritanya. Tagline “existential open-world game” tidak membantu pemain yang awam soal buzzword yang ditempel pada game ini. Jadi aku putuskan buat menjelaskan sedikit mengenai filosofi inti dari game ini

Mungkin kalian pernah mendengar istilah eksistensialism maupun eksistensial. Eksistensialisme adalah cabang filosofi yang membahas mengenai keberadaan kita sebagai manusia ini dalam semesta. Sedangkan eksistensial adalah di mana kita berpikir mengenai keberadaan kita melalui kacamata filosofi eksistensialisme. Aku gak akan membahas lebih lanjut soal ini, karena jujur aku ga jago di bidang ini. Tapi bahasan mengenai eksistensialisme ini akan ada hubungannya mengenai cerita yang dibawa.

Kalian mungkin juga mendengar istilah post -ism. Misalnya post-modernism, genre film post-western, dst. Post -ism yang dimaksud di sini adalah filosofi yang berakar dari wujud kritik suatu filosofi. Misalnya dalam film, subgenre post-western adalah sebuah genre yang membawa nilai-nilai western namun menggunakannya untuk mempertanyakan nilai-nilai tradisional Amerika; di mana film western membawa pahlawan berwibawa yang dibantu oleh warga-warganya untuk membasmi perampok yang datang ke kota, post-western membawa anti-hero penjahat pensiun yang membalas dendam kematian temannya dengan memburu sheriff korup di kota. Kalau di film western para penduduk kota setempatnya tampak hidup dan ramah dengan sheriff, di film post-western penduduknya merasa hilang harapan dan tidak kooperatif. Kalau di film western koboinya bersemangat dan pemberani, post-western membawa koboi yang dirundung trauma dan tidak terhormat. Kalian paham lah.

Rio Bravo v. Unforgiven, Western v. Post-Western

Nah, dalam kasus The Friends of Ringo Ishikawa, kita bisa menganggap bahwa cerita game ini berada pada ranah genre post-delinquent/post-yanki. Begini, aku jelaskan. Cerita-cerita delinquent seperti Crows, Worst, Kyou Kara Ore wa membawa nilai-nilai ideal seorang anak tawuran. Misalnya persahabatan yang erat, pribadi tokoh utama yang terhormat dan memiliki tujuan jelas (“aku ingin jadi yang terkuat di sekolahku!”), atmosfir fun dan komedik, kalian tahu lah kalau kalian familiar. Berbeda dengan The Friends of Ringo Ishikawa. Kalau genre delinquent bisa dianggap sebagai matahari terbit (penuh energi positif, semangat, etc.), post-delinquent adalah matahari terbenam. The Friends of Ringo Ishikawa akan membawamu ke tempat di mana kamu bisa bernostalgia, tapi bukan dengan memori kejayaan kalian. Game ini menempatkan Ringo bukan sebagai pahlawan delinquent tradisional seperti Harumichi Bouya, melainkan menempatkannya sebagai pahlawan ekstensialis Eropa di dalam setting SMA Jepang. Ringo, dan seterusnya kalian sebagai pemain, akan mempertanyaan keberadaan kalian di masyarakat setelah Ringo lulus. Kalian akan melihat Ringo dan teman-temannya ketika dihadapi dengan masa depan yang tidak pasti. Sisi lain dari teman-teman Ringo akan ditantang, dan masalah akan muncul. Namun Ringo akan melakukan satu hal yang ia sangat kuasai untuk menghadapi semuanya. Aku rasa yang barusan kalian tahu jawabannya.

Preman SMA, tapi Albert Camus

Yah! Demikian review yang aku tulis mengenai game ini. Gak kerasa ternyata udah sampai tujuh halaman standar Microsoft Word (ya, biar lebih nyaman jadi aku tulis di sini hehe). Aku harap kalian sudah sampai di sini dan aku harap tulisanku ini menarik kalian untuk memainkan masterpiece ini. Kalau kalian sudah main atau ingin menyampaikan kritik, saran, maupun pertanyaan, jangan sungkan untuk taruh semuanya di kolom komentar ya! Terima kasih, dan sampai jumpa!

Komentar